Kamis, 24 Desember 2015

Perkembangan Terbaru MCK

Yo! Bagi kalian yang ingin kemping di Paniisan Abah Danu curug Cileat, inilah perkembangan terakhir MCK. Sedikit lagii sampai bisa dipakai oleh kita semua.
Tapi, tenang saja. Meskipun MCK belum jadi, tak jauh dari sana sudah disediakan pancuran dengan air bersih yang melimpah. Ada pacilingan juga bagi yang ingin memenuhi hasrat panggilan alam wkwkwk...
So... tunggu apalagi?

Ayo ke Curug Cileat!

Jangan lupa untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan.

Sign,
Melati Widia P.

Jumat, 11 Desember 2015

Liburan? Ayo ke Curug Cileat!

Libur akan tiba...
Libur akan tiba...
HORRAY!

Bagi kalian yang merasa anak sekolah seperti saya... Pastinya sedang semangat-semangatnya, kan? Libur sebentar lagi tiba, hihihi.
Nah, liburan pada mau ngapain? Yang sudah pernah ke Cileat, ayo datang lagi! Yang belum pernah, ayo coba!
Gak akan nyesel deh kalau udah liburan di Cileat. Meski perjalanannya cukup sulit dan melelahkan, pasti terbayar kalau sudah melihat pemandangan indah yang disajikan Curug Cileat.


Saya juga sudah tidak sabar, nih! Rasa penat setelah satu semester belajar dan terus belajar (bohong, nih :p) tandas sudah jika sudah bermain air di sana.

Rencana sih mau berangkat tanggal 24/25 Desember. Ayo yang mau ikut ngeliwet, datang saja! Kita kemping bersama di Paniisan Abah Danu ;)

Jangan lupa sampahnya jangan ditinggalkan, yaa!

Sampai jumpa di Curug Cileat!

Sign,
Melati Widia P.

Selasa, 08 Desember 2015

COMING SOON! MCK



 Yo! Kembali lagi dengan saya, seonggok manusia yang tidak terlalu tercium keberadaannya di dunia maya maupun nyata. Bisa kalian lihat di foto, proyek pembangunan MCK sebentar lagi selesai! Dengan pasokan air didapat dari hasil membendung mata air Cinangka Santri dengan susah payah.
Material-material bangunan dibawa dari Cibago dengan biaya angkut yang cukup fantastik. Untung saja ada sebagian keluarga yang mau ikut membantu.

Terima kasih untuk semua pihak yang telah menyalurkan bantuannya. Yang ingin membantu, ditunggu kehadirannya di Cileat, hehehe... :P

Oh, ya! Sebentar lagi liburan, nih! Ayoo semuanya sempatkan diri mengunjungi Curug Cileat.  Wahana rekreasi(?) yang cukup pas untuk melepas penat sehabis UAS dan kesibukan lainnya~ Menikmati alam dan segala keindahannya~Berhubung MCK direncanakan bulan ini jadi, kalian yang ingin kemping tidak perlu risau jika perut tiba-tiba mulas dan udara tidak enak mulai tercium, wkwk. Tidak perlu lagi gali lubang tutup lubang.

Bagus juga untuk program diet, hohoho... (Sehat, lho...sehat!)

Next project : Mushalla, Warung Bambu, dan Galeri Seni.

Mohon doa restunya :D

Sign,
Melati Widia P.

Selasa, 17 November 2015

Tragedi 24 Oktober

24 Oktober 2015. Disaster

Hari dimulai dengan membuka mata dan bersiap ke sekolah. Berbagai kegiatan dilewati, akhirnya saya menunggu di pertigaan Cileunyi. Masih menggunakan seragam sekolah.

Sekitar pukul empat, Kakak datang diikuti dua motor lain. Ada A Kiki, A Hanif, dan sepupu saya--Putri. Kami langsung berangkat, dengan satu tujuan : Curug Cileat. Menyusul Ayah, Ibu, kedua adik, dan beberapa teman Kakak yang sudah berangkat duluan dari pagi.

Adzan Maghrib tengah berkumandang ketika kami sampai di Desa Cibago, Subang. Entah kenapa, rasanya saya agak khawatir karena senter tertinggal di sekolah. Kami akan mendaki gunung pada malam hari. Sesering apapun saya ke Cileat, ini pertama kalinya kami mendaki dalam keadaan gelap.

Tidak ingin sampai di tempat tujuan terlalu malam, kami mulai berangkat. Sesekali kami berhenti, mengikuti Putri yang kelelahan.

Agaknya saya terlalu percaya diri saat itu, karena saya tetap melaju di depan, ditemani oleh A Kiki sebagai penyinar jalan.

Jalan setapak telah dilalui, tiba-tiba saja kami sampai di persawahan. This is wrong way, I'm so stupid! Saya salah jalan. Seharusnya kami naik, terus melalui jalan setapak. Ini malah lewat jalan sawah, yang medannya jelas-jelas lebih sulit untuk dilewati.

Berbekal rasa percaya diri yang terlalu berlebihan, saya memutuskan untuk jalan sawah saja. Lagipula saya tahu letak pasti bukit yang kami tuju, meski dalam gelap seperti ini.

Dulu, jalan sawah ini juga merupakan salah satu jalur daki untuk ke Cileat. Ya, itu dulu. Kalau sekarang sudah tidak lagi. Terbukti, dari bagaimana sulitnya kami lewat sini. Berkali-kali saya jatuh ke dalam sawah.

"Yakin jalan sini?" A Kiki bertanya.

Terlampau gengsi sudah sering ke Cileat tapi salah jalan, saya berkelit. "Enggak, kok. Emang sengaja lewat sawah. Lewat sini juga bisa."

Entah berapa lama kami berjalan begitu, tak jua melihat jalan terusan untuk bisa ke jalur utama. Samar-samar, cahaya senter bisa terlihat, sekitar 20 meter dari tempat kami berada.

"OIII!" suara Kakak terdengar jelas memanggil.

"OIII!" kami menyahut balik.

"Kenapa bisa disitu?!"

"Salah jalan!"

Oh, yeah. Singkat kata. Kami memang tersesat.

"Ada jalan ke atas gak?!"

"Gak! Terjal banget!"

Saya mengumpat pelan. Mau mundur kejauhan, tetap maju takut salah jalan.

"Ini gimana?"

Melihat ke depan, bukit sudah tidak jauh. Diputuskan untuk cari jalan sendiri.

Kalau jalan di padang Sahara bisa melihat ilusi berupa oasis, di tengah kegelapan ini berkali-kali saya merasa melihat sinar senter. Padahal cuma kunang-kunang. Mendokusei.

Berkali-kali bolak-balik cari jalur lain. Jalan sawah memang sulit, sampai berkali-kali terpeleset jatuh(entah sudah bagaimana rupanya seragam yang saya pakai). Akhirnya, setelah semua itu...

"Gak ada jalan. Percuma. Udah, duduk aja dulu di batu!"

Kami benar-benar terjebak.

Saya sudah pesimis, malam ini akan tidur di saung yang kebetulan hanya beberapa meter dari tempat kami beristirahat sejenak. Besok pagi kembali ke Cibago, lewat jalan sawah lagi. Yeah. Tidak jadi ke Cileat.

Bagus sekali.

"Mel!"

Seseorang memanggil. Di atas sana, saya bisa melihat titik cahaya senter. Ternyata masih ada harapan.

"Tunggu di sana! Lagi cari jalan!"

My Dad is my hero. Kata-kata yang saya kutip dari kumpulan 'quotes' itu ternyata benar adanya.

Titik cahaya itu semakin dekat, saya merasa terselamatkan. Kalau diri ini tidak punya ego tinggi, dan sedang sendirian, mungkin sudah mewek saking senangnya.

"Coba lewat sana!"

Satu-satunya penerangan yang kami bawa kembali dinyalakan. Tak sengaja menyorot ke sawah bawah. Tahu-tahu, ada anjing yang menyalak.

Oh, no. Semakin lama kami di sini, bisa-bisa kami dikejar anjing.

"Mel, lewat sini!" Ayah kembali menyahut. Sawah di depan kami disorot cahaya. Kami berjalan, blablabla. Akhirnya sampai, di Paniisan Abah Danu.

Begitu sampai langsung jadi bahan ejekkan. Boro-boro mau menanggapi, bisa sampai sini saja rasanya ingin menangis.

Berjuta-juta maaf saya bisikkan karena telah membuat A Kiki tersesat. Padahal ini pertama kalinya kakak itu ke Curug Cileat. Harusnya pengalaman pertama itu indah, huhu. Maafkan saya yang terlalu PeDe ini, A Kiki...

Setelah ganti baju dan melaksanakan shalat, santap malam diadakan.

Canda tawa saat rebutan lauk cukup menghilangkan semua rasa gundah setelah tersesat, tadi.

Pagi harinya, kami berangkat menuju Curug Cileat. Tentu saja sampai sana langsung terjun ke dalam kubangan(?) air bertemperatur sekitar 7 derajat celsius itu. Kurang afdol kalau ke Cileat tanpa main air hahaha.

Sebenarnya apa pula yang saya tulis ini? *lol*
Intinya, tanggal 24 Oktober itu benar-benar fantastik. Bertahun-tahun saya mengunjungi tempat ini, ini kali pertamanya mengalami apa yang disebut tersesat. 
 Ya sudahlah, yang penting tetap sampai di sana dan bisa pulang ke rumah dengan selamat sentosa. Apalagi dapat oleh-oleh baju seragam penuh lumpur sawah pula.
Dan... ah. Beberapa foto dan video kenang-kenangan.

Sign,
Melati Widia P.

Selasa, 13 Oktober 2015

Sekilas Paniisan Abah Danu dan Curug Cileat

Tempat istirahat mbah Jambrong, eh?
Haha... Entahlah apa yang mendorong Kakak saya(perekam video ancur ini, hoho) untuk menyebutnya seperti itu.

Seperti yang bisa kalian lihat di video, ini adalah lokasi persawahan cukup luas dan nyaman untuk dijadikan tempat camping. Untuk bisa sampai, kalian harus memasuki kawasan Wisata Curug(air terjun) Cileat, Subang. Melewati curug Citorok, curug Cimuncang Lebak, dan yang ketiga curug Cimuncang Pasir, barulah sampai di tempat istirahat mbah Jambrong yang dimaksud.

Kelas 1 SD, pertama kali Ayah saya mengenalkan lokasi persawahan ini. Dulu, pepohonan yang ada lebih lebat, di tengah padang rumputnya terdapat saung bambu cukup besar untuk ditempati 20+ orang dewasa. Katanya, dahulu tanah ini merupakan tanah perkampungan kecil yang dihuni oleh keluarga Kakeknya Ayah (uyut saya maksudnya).

Disebut hutan bukan sembarang hutan. Karena memang belum benar-benar terjamah oleh orang lain selain keluarga dan saudara jauh. Pagi dan sore kita bisa melihat pemandangan monyet, burung, dan beberapa satwa lain berkeliaran tidak jauh dari jalan setapak menuju curug. Pukul dua siang, pada musim hujan, kabut mulai turun memenuhi kawasan hutan. Saat itu saya, Kakak, dan Ayah berdiam di saung atas(tengah sawah). Dengan cepat, pemandangan hijau yang terlihat mata seketika diselimuti kapas putih. Seolah-olah saya berada di atas awan.

Satu kata. Indah.

Inilah yang membuat saya jatuh cinta pada alam. Apalagi setelah melihat keindahan curug Cileat, yang bisa saya ucapkan hanyalah "Subhanallah.".

Melihat keadaannya sekarang ini, agak miris rasanya. Pepohonan tidak serindang dulu, sampah menyebar di mana-mana. Rasa 'hutan belantara'nya memang masih ada, hanya saja keindahannya jadi berkurang. Miris rasanya. Mayoritas pengunjung tempat ini mengaku dari klub pecinta alam, atau barang kali ada acara untuk bersahabat dengan alam. Tapi, kok, sampahnya semakin banyak, ya?

Rasanya, jika tidak ditanggulangi, keadaan akan semakin parah. Apalagi pengunjung setiap libur khususnya Hari Raya membludak. Otomatis, sampah di mana-mana, mengingat tidak ada yang berinisyatif membersihkannya. Termasuk pihak pengelola.

Sebagai satu langkah antisipasi, dibuatlah rencana membangun Paniisan Abah Danu ini, sebagai sentral peristirahatan atau base camp pengunjung yang akan ke air terjun terakhir, yaitu curug Cileat. Di lokasi ini akan dibangun fasilitas MCK dan Mushalla. Semoga saja bisa mengurangi jumlah sampah di sekitar air terjunnya.

Selain itu, akan diadakan juga usaha penghijauan kembali.

Berbagai jenis dukungan dan bantuan akan sangat dibutuhkan dalam upaya pengembalian hutan milik kita ini :)

So? Mengaku bangsa Indonesia yang mencintai alamnya?

Come and join us!

Sign.
Melati Widia P. (beserta Ayah dan pihak-pihak lain yang turut mendukung :p)

Notes : Bagi yang ingin membantu kami, bisa datang langsung ke lokasi.
Hub : 081313587740 (Bpk. Yudi)